Bukan Resensi: Kukila (Kumpulan Cerita)

Penulis: M. Aan Mansyur

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tebal buku: 192 halaman

Ukuran: 13.5 x 20 cm

Harga: Rp 32.300,00

Bukan resensi. Kenapa? Karena di sini saya bersifat subyektif. Saya menceritakan kesukaan dan ketidaksukaan saya pada buku ini. :p

Kukila, kumpulan cerita pertama yang saya baca. Padahal sebelumnya mengincar Kumcer “Dari Datuk ke Sakura Emas” sebagai Kumcer yang pertama saya baca.

Kukila, di dalamnya ada 16 judul cerita. Kukila sendiri merupakan salah satu judul cerita di dalam Kumcer ini. Di antara cerita yang lainnya, Kukila adalah yang terpanjang. Alurnya maju-mundur-maju-mundur, hhe. Unik pokoknya. Harus benarbenar menyimak cerita agar bisa memahaminya. Nah, beberapa cerita setelahnya terhubung dengan cerita Kukila ini.

Rumah sepi serupa surau tua sejak Rusdi pergi. Tawa kalian kuduga ikut terlipat di koper-koper Rusdi dan terbawa ke kota lain.

Gaya bercerita Bang Aan (@hurufkecil) memang selalu unik, dari awal sampai kisah terakhir yang saya baca. Endingnya hampir selalu tidak tertebak, mau dimuarakan kemana. Yang saya suka lagi, katakata yang digunakan Bang Aan seolah hidup, keren. Kalau dari segi cerita, rangkaian kata, dan permainan alurnya, dua jempol. Di dalamnya pun saya baru menemukan dua kata yang salah ketik.

Tapi…maaf ya, cuma bintang 1. Saya tidak suka dengan tema yang diangkat dalam kumpulan cerita ini. Banyak yang mengkisahkan perselingkuhan dan bahasanya terlalu vulgar. Oleh karena itu, saya berhenti di halaman 126. Sebenarnya saya ingin berhenti membaca sebelumnya, tidak suka dengan tema dan kevulgaran ceritanya. Tapi, agar ripiu saya lebih valid, sepertinya saya perlu membaca beberapa cerita lagi untuk meyakinkan. Yah, walaupun ripiu pembaca 126 halaman mungkin tidak sevalid pembaca tuntas buku ini. :B

Lalu, kenapa saya mau membacanya? Pertama–sebelum saya tahu isinya seperti ini, karena sampul depannya cantik–aslinya lebih cantik dari gambar di atas lho. Kedua, karena saya ingin menulis “bukan resensi” ini.

Saya rasa Bang Aan sebenarnya punya potensi untuk menulis buku yang lebih (banyak) memiliki ‘nilai’ di dalamnya. Bagi saya, buku yang baik adalah buku yang banyak memiliki nilai yang dapat dipetik oleh pembacanya–atau janganjangan saya yang belum mampu meraba pesan yang sebenarnya ingin disampaikan Bang Aan dalam Kumcer ini. Hmm, minimal buku itu seharusnya menghibur. Tapi, saya tidak menemukan ‘hiburan’ di dalamnya. Ah iya, sampai halaman 126 ini, saya menemukan satu cerita yang berbeda tema, judulnya Kebun Kelapa di Kepalaku. Bagi saya, kisahnya menjadi kisah terbaik dalam Kumcer ini.

Masukan untuk GPU, better kalau bukubuku terbitannya diberi label A (anak) atau D (dewasa). Agar bacaan yang seharusnya diperuntukkan bagi usia dewasa tidak dibaca oleh anakanak.

***

Sekilas Tentang Penulis

M. Aan Mansyur, atau yang lebih dikenal @hurufkecil di dunia twitter, lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 14 Januari 1982. Sehari-hari bekerja sebagai relawan di Kafe Baca Biblioholic dan Komunitas Ininnawa di Makassar.

*)Gambar dari sini