Sekilas Penoreh Sejarah: Abdul Qadir Audah

Abdul Qadir Audah adalah seorang ahli perundang-undangan dan hukum Islam. Pada tahun 1930, beliau lulus dari Fakultas Hukum dengan peringkat terbaik dan menjadi satu-satunya lulusan yang diangkat langsung sebagai anggota parlemen Mesir, tanah kelahirannya. Selain menjadi anggota parlemen, beliau merangkap sebagai hakim di pemerintahan Mesir.

Di parlemen, beliau bertemu dengan Imam Hasan Al Banna dan merasa sepemikiran dengannya. Hingga suatu ketika ada usaha dari pemerintah untuk menjatuhkan Hasan Al Banna bahkan usaha agar beliau tidak terpilih lagi menjadi anggota parlemen. Mengetahui hal ini, Abdul Qadir Audah tidak tinggal diam. Beliau pergi ke Ismailiyah untuk mengobarkan semangat rakyat agar dapat melakukan pemilihan secara bebas. Beliau juga menyampaikan akan memberikan perlindungan bila ada pihak yang mengganggu, sekalipun dari pemerintah.

Beliau berperan penting dalam perjalanan peristiwa di Mesir setelah syahidnya Imam Hasan al Banna. Karena kiprahnya yang luar biasa, beliau kemudian diamanahi untuk menjadi Wakil Ketua Pimpinan Ikhwanul Muslimin, mendampingi Hasan Al Hudhaibi, Mursyid Am kedua.

Di masa pemerintahan Jenderal Muhammad Najib, beliau diangkat menjadi anggota perancang undang-undang nasional Mesir. Kesempatan ini beliau gunakan untuk menjadikan Al Qur’an sebagai sebenar-benar dasar hukum negara.

Dan pada tahun 1953, beliau diminta oleh pemerintah Libia untuk menyusun undang-undang negara Libia berdasarkan nash-nash Al Qur’an.

Pada tahun 1954, pemimpin Mesir kala itu, Gamal Abdul Nasser, ingin membubarkan Ikhwanul Muslimin. Namun, hal ini mendapat perlawanan dari Abdul Qadir Audah. Sebagai bentuk protesnya, beliau mendesak para jenderal dan beberapa menteri untuk mengangkat kembali Jenderal Muhammad Najib sebagai Presiden Mesir.

Beliau juga mengorganisasi ribuan orang untuk melakukan demonstrasi yang bertujuan mendesak Jenderal Muhammad Najib agar bersedia menghapus kezaliman, membebaskan para tahanan yang tidak bersalah, dan mengadili orang-orang yang benar-benar bersalah. Keinginan tersebut akhirnya disetujui oleh Jenderal Muhammad Najib.

Karena besarnya pengaruh Adul Qadir Audah, petang hari itu juga, beliau ditangkap dan diseret ke penjara perang. Beliau divonis hukuman mati yang diterimanya dengan penuh gembira dan tawakkal. Kata terakhir yang beliau ucapkan adalah, “Darahku menjadi laknat atas peminpin-pemimpin revolusi.”

Allah lalu mengabulkan doanya. Orang-orang yang menzaliminya mendapatkan siksaan dari Allah.

***

sumber:

  1. Republika.co.id (1), (2), (3)
  2. Sekolah Kehidupan
  3. Spirit Islam Inside
  4. Kajian Qur’an dan Dunia Islam

Kemuliaan Bulan Dzulhijjah

Kajian tanggal 23 Oktober 2012 @Mushola Al Mushlihin…

***

(sumber gambar)

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

(QS. At Taubah:36)

Puasa pada tanggal 1-10 Dzulhijjah mulia karena berada di bulan yang mulia. Hal ini dinyatakan dalam:

“… Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (QS. Al Hajj: 28)

Ibnu Abbas ra: hari-hari yang telah ditentukan ini maksudnya adalah hari-hari yang 10, yaitu tanggal 1-10 Dzulhijjah.

“Demi waktu fajar. Dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr 1-2)

Maksud ayat ini adalah malam-malam yang sepuluh dari bulan Dzulhijjah sebagaimana yang tlah disepakati oleh ulama tafsir.

Keistimewaan Bulan Dzulhijjah

  • Allah bersumpah dengannya, yaitu di QS. Al Fajr: 2
  • Disebut Ayyamul Ma’lumat, dalam QS. Al Hajj: 28
  • Lebih dicintai dari hari-hari lainnya

Dari Ibnu ‘Umar ra, Rasulullah bersabda: “Tidak ada hari yang lebih agung di sisi Allah dan tidak ada yang lebih dicintai di sisi-Nya amal shalih yang dilakukan di dalamnya daripada sepuluh hari pertama, maka banyaklah di dalamnya membaca takbir, tahlil dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Dari Ibnu ‘Abbas ra, Rasulullah bersabda: “Tiada ada hari yang beramal sholeh lebih Allah swt cintai dari hari-hari ini (yaitu hari sepuluh di bulan DzulHijjah).” Para sahabat berkata: “Wahai Rasul, walaupun jihad di jalan Allah swt?” Beliau berkata: “Walaupun jihad di jalan Allah swt, kecuali seseorang yang keluar dengan membawa diri dan hartanya lalu dia tidak kembali sedikitpun.” (HR. Abu Daud)

Ibnu Taimiyah rhm pernah ditanya, “Mana yang lebih mulia? 10 hari pertama Dzulhijjah atau 10 hari terakhir Ramadhan?” Jawabnya, “10 hari pertama Dzulhijjah lebih mulia siang harinya daripada 10 hari terakhir Ramadhan, tetapi malamnya lebih mulia 10 hari terakhir Ramadhan.”

Ibnu Hajar Asqalani rhm ditanya, “Mengapa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah mulia?” Jawabnya, “Karena di sana terkumpul amalan-amalan yang istimewa.”

  • Ada hari Tarwiyah, yaitu 8 Dzulhijjah, hari pertama dilakukan rangkaian ibadah haji.
  • Ada hari qurban.

Dari Abdullah bin Qurt ra, Rasulullah bersabda: “Sungguh hari termulia di sisi Allah adalah hari Qurban.” (HR. Abu Daud)

  • Ada hari Arafah, hari termulia, penggugur dosa, dimaafkan segala kesalahan, hari pembebasan dari api neraka, serta hari yang dibanggakan Allah.

Dari ‘Aisyah ra, Rasulullah bersabda: “Tidak ada hari yang lebih banyak Allah swt membebaskan hambanya dari api neraka daripada hari Arafah, sungguh Dia mendekat lalu mereka dibanggakan dihadapan para Malaikat, seraya berkata: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)

Amalan-amalan Dzulhijjah

  • Puasa Arafah
  • Shalat Idul Adha
  • Qurban

Bagaimana Jika Puasa Arafah Jatuh di Hari Jum’at?

Tetap boleh berpuasa karena larangan berpuasa di hari Jum’at hanya untuk yang mengkhususkan puasa tanpa ada sebab.

Bolehkah Berpuasa Ayyamul Bidh bila Bertepatan dengan Ayyamut Tasyriq?

Tidak boleh berpuasa pada hari tasyriq, termasuk jika maksudnya adalah ayyamul bidh, puasa senin-kamis, atau pun puasa daud.

Ini dikecualikan bagi orang yang berhaji Tamattu’ (haji yang didahului umrah) dan Qiran (menggabungkan niat haji dan umrah), tetapi tidak memiliki kambing untuk membayar dam. Wajib baginya berpuasa selama sepuluh hari, yaitu tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari saat pulang.

“… Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji wajiblah ia menyembelih korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan, maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali, Itulah sepuluh (hari) yang sempurna…” (QS. Al Baqarah: 196)

***

Allahua’lam

Sila download versi powrpoint >> Kemuliaan Bulan Dzulhijjah << 😉

Menjaga Pandangan #1

Kajian tanggal 17 Oktober 2012 @Mushola Al Mushlihin..

***

…Sebuah pendahuluan dari bab fiqh nikah…

Para ‘ulama mengatakan bahwa mata adalah cerminan hati. Maka orang yang menjaga pandangannya, berarti ia juga telah menjaga hati dari syahwat dan keinginannya.

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (Ghafir: 19)

Dalam ayat di atas dijelaskan mengenai hubungan antara padangan dengan hati. Disebutkan pandangan dulu, baru hati. Berarti menjaga pandangan dulu, lalu hati akan terjaga.

Asbabun nuzulnya: Ada seorang laki-laki yang duduk dekat dengan Rasulullah yang melihat seorang wanita cantik yang duduk tidak jauh darinya hingga dalam hatinya timbullah rasa. Ketika wanita itu melihatnya, ia pura-pura tak melihat. Tapi ketika wanita itu tidak melihatnya, laki-laki tadi kembali memperhatikan. Kemudian Allah menurunkan ayat ini untuk menegurnya.

Dalam surat An Nur: 30-31

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka…”

Dalam kedua ayat di atas, urutannya adalah, menahan pandangan dulu sebelum menjaga kemaluannya.

Perintah menahan pandangan dan memelihara kemaluan disebutkan bagi laki-laki dahulu, baru perempuan. Hal ini karena laki-laki kurang bisa menahan pandangan dan lebih mudah bersyahwat daripada perempuan.

Para ‘ulama mengatakan bahwa sabar menahan pandangan lebih mudah daripada sabar atas sakitnya yang terjadi setelahnya. Ini karena bahayanya maksiat yang disebabkan oleh pandangan dan azabnya dari Allah.

(gambar dari sini)

Bahayanya Pandangan

  • Fitnah terberat

Dari ‘Usamah bin Zaid ra, Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak meninggalkan setelahku sebuah fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari-Muslim)

  • Fitnah yang pertama terjadi

Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, Rasulullah bersabda: “Sungguh dunia ini manis dan hijau (sedap dipandang), dan sungguh Allah swt menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya, Allah ingin melihat bagaimana kalian berbuat. Takutlah kalian terhadap dunia dan takutlah kalian terhadap fitnah wanita. Sungguh  fitnah pertama yang terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim)

Bahkan menurut salah satu pendapat, Qabil membunuh Habil pun karena wanita. Kurban Habil diterima Allah, sehingga ia berhak memperistri saudari kembar Qabil yang cantik dan Qabil harus memperistri saudari kembal Habil yang tidak sepadan kecantikannya.

Begitu pula kisah dibunuhnya unta Nabi Saleh as. Pembunuhnya tergiur melakukannya karena diiming-imingi akan dinikahkan dengan wanita cantik.

‘Ulama Salaf dalam Menjaga Pandangannya

  • Rabi’ bin Khaizam ra: jika melewati wanita maka beliau menundukkan kepalanya ke dadanya sehingga para wanita itu mengira beliau buta. Dan para wanita itu berlindung kepada Allah swt dari kebutaan.
  • Dari Ibnu Abbas ra, Fadhl bin Abbas ra pergi mendampingi Rasul saw di hari Qurban dan dia duduk di belakang kendaraannya. Fadhl bin Abbas ra adalah seorang laki-laki yang tampan. Rasul saw berdiri memberikan fatwa kepada manusia. Tiba-tiba menghadap padanya seorang wanita dari suku Khats’am yang cantik untuk meminta fatwa kepada Rasul saw. Fadhl melihat dengan memperhatikan kepadanya dan beliau mengagumi kecantikannya, maka Nabi berpaling melihat wanita itu dan Fadhl juga melihatnya lalu Nabi memalingkannya dengan mengambil dagu Fadhl dan mengarahkan ke arah yang lain. Wanita itu berkata: “Wahai Rasul, apakah bagiku wajib melaksanakan Haji sedang ayahku sudah tua yang sudah tidak mampu mengendarai kendraan? Apakah aku wajib mengqadhanya untuknya?” Jawab Rasulullah saw: “Iya.” (HR. Bukhari)
  • Berkata Ma’ruf rhm: “Jagalah pandangan kalian walaupun dari kambing betina!”

***

Allahua’lam…

Sila download versi powerpoint >> Menjaga Pandangan << 😀

Bukan Resensi: Kukila (Kumpulan Cerita)

Penulis: M. Aan Mansyur

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tebal buku: 192 halaman

Ukuran: 13.5 x 20 cm

Harga: Rp 32.300,00

Bukan resensi. Kenapa? Karena di sini saya bersifat subyektif. Saya menceritakan kesukaan dan ketidaksukaan saya pada buku ini. :p

Kukila, kumpulan cerita pertama yang saya baca. Padahal sebelumnya mengincar Kumcer “Dari Datuk ke Sakura Emas” sebagai Kumcer yang pertama saya baca.

Kukila, di dalamnya ada 16 judul cerita. Kukila sendiri merupakan salah satu judul cerita di dalam Kumcer ini. Di antara cerita yang lainnya, Kukila adalah yang terpanjang. Alurnya maju-mundur-maju-mundur, hhe. Unik pokoknya. Harus benarbenar menyimak cerita agar bisa memahaminya. Nah, beberapa cerita setelahnya terhubung dengan cerita Kukila ini.

Rumah sepi serupa surau tua sejak Rusdi pergi. Tawa kalian kuduga ikut terlipat di koper-koper Rusdi dan terbawa ke kota lain.

Gaya bercerita Bang Aan (@hurufkecil) memang selalu unik, dari awal sampai kisah terakhir yang saya baca. Endingnya hampir selalu tidak tertebak, mau dimuarakan kemana. Yang saya suka lagi, katakata yang digunakan Bang Aan seolah hidup, keren. Kalau dari segi cerita, rangkaian kata, dan permainan alurnya, dua jempol. Di dalamnya pun saya baru menemukan dua kata yang salah ketik.

Tapi…maaf ya, cuma bintang 1. Saya tidak suka dengan tema yang diangkat dalam kumpulan cerita ini. Banyak yang mengkisahkan perselingkuhan dan bahasanya terlalu vulgar. Oleh karena itu, saya berhenti di halaman 126. Sebenarnya saya ingin berhenti membaca sebelumnya, tidak suka dengan tema dan kevulgaran ceritanya. Tapi, agar ripiu saya lebih valid, sepertinya saya perlu membaca beberapa cerita lagi untuk meyakinkan. Yah, walaupun ripiu pembaca 126 halaman mungkin tidak sevalid pembaca tuntas buku ini. :B

Lalu, kenapa saya mau membacanya? Pertama–sebelum saya tahu isinya seperti ini, karena sampul depannya cantik–aslinya lebih cantik dari gambar di atas lho. Kedua, karena saya ingin menulis “bukan resensi” ini.

Saya rasa Bang Aan sebenarnya punya potensi untuk menulis buku yang lebih (banyak) memiliki ‘nilai’ di dalamnya. Bagi saya, buku yang baik adalah buku yang banyak memiliki nilai yang dapat dipetik oleh pembacanya–atau janganjangan saya yang belum mampu meraba pesan yang sebenarnya ingin disampaikan Bang Aan dalam Kumcer ini. Hmm, minimal buku itu seharusnya menghibur. Tapi, saya tidak menemukan ‘hiburan’ di dalamnya. Ah iya, sampai halaman 126 ini, saya menemukan satu cerita yang berbeda tema, judulnya Kebun Kelapa di Kepalaku. Bagi saya, kisahnya menjadi kisah terbaik dalam Kumcer ini.

Masukan untuk GPU, better kalau bukubuku terbitannya diberi label A (anak) atau D (dewasa). Agar bacaan yang seharusnya diperuntukkan bagi usia dewasa tidak dibaca oleh anakanak.

***

Sekilas Tentang Penulis

M. Aan Mansyur, atau yang lebih dikenal @hurufkecil di dunia twitter, lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 14 Januari 1982. Sehari-hari bekerja sebagai relawan di Kafe Baca Biblioholic dan Komunitas Ininnawa di Makassar.

*)Gambar dari sini

Temanya Labil

Yak, akhirnya ganti tema lagi. Ini adalah tema kelima saya. Hehe. Saya sekarang suka tema yang simpel, tidak terlalu banyak warna, dan rapih. Pemilihan tema agaknya mewakili karakter si empunya blog. Hhehehe..

Ini riwayat pert-tema-an blog saya:

Tema pertama dipilih karena berwarna biru, simpel, dan saat itu letaknya ada di bagian agak atas pilihan tema. Tidak perlu scroll jauh-jauh.

Tema kedua dipilih karena memiliki warna biru yang lebih lembut. Titik.

Tema ketiga dipilih karena saya lagi pengen warna netral, seperti hitam atau putih dan (tetap) simpel. Eh, ketemunya sama yang hitam. Cocok.

  Tema keempat dipilih karena bosan dengan tema ketiga. Konsepnya masih sama. Warna netral, hitam (lagi) atau putih. Yang cocok formatnya tema yang bernama “Simpla” ini. Waktu dicoba-coba ternyata warna backgroundnya bisa diubah. Jadilah saya ubah jadi warna pink lembut.

Tapi sayang, penataan antar-widget yang dimiliki tema keempat tidak diberi sekat, terkesan menumpuk. Saya pun memutuskan untuk menggantinya dengan tema yang sekarang dipakai. Voila~ jadi lebih rapih kan? Tetap simpel dengan perpaduan warna abu-abu, hitam, dan merah.  😉